Filosofi Sepakbola Indonesia Diluncurkan

PSSI meluncurkan inovasinya Filosofi Sepakbola Indonesia yang langsung disosialisasikan pada ajang Pertamina Piala Soeratin 2017 yang berlangsung 14 hingga 28 Oktober 2017 di Magelang dan Yogyakarta. Sosialisasi Filosofi dilakukan dengan digelarnya coaching clinic bersama para kepala pelatih tim, baik di kelompok U-15 dan U-17 yang ikut serta pada gelaran Piala Soeratin di Hotel UNY, Yogyakarta pada Sabtu (14/10) siang.
 
Filosofi Sepakbola Indonesia, mulai diterapkan di tahun ini. Pada gelaran turnamen usia dini tertua di Indonesia ini ada dua kategori yakni U-15 dan U-17. Untuk U-15 diikuti 30 klub peserta  dan 32 klub untuk U-17. 
 
Direktur Teknik PSSI, Danurwindo mengatakan Filosofi Sepakbola Indonesia sudah direncanakan dalam waktu dan diskusi yang sangat panjang, sehingga sangat tepat di terapkan di turnamen seperti di ajang Pertamina Piala Soeratin 2017
 
"Kami melihat ada kesempatan untuk menyampaikan Filosofi Sepakbola Indonesia di momen Piala Soeratin ini. Sebanyak 62 tim dari berbagai daerah di Indonesia berkumpul di sini. Selain itu, ada keuntungan tersendiri bagi pelatih yang semua tim diisi para pemain muda, calon-calon penggawa tim nasional Indonesia," kata Danurwindo.
 
Mantan pelatih Timnas Indonesia era 90-an ini membeberkan bahwa Filosofi Sepakbola Indonesia adalah bentuk, pola dan cara bermain yang paling cocok untuk Indonesia. Ia pun mengaku telah membuat kurikulum yang sejalan dengan Filosofi Sepakbola Indonesia dan akan mulai menyebarkannya ke seluruh tanah air.
 
"Kita juga akan segera luncurkan buku yang akan jadi pedoman sepakbola Indonesia ini. Kita berharap buku ini bisa bermanfaat, terutama untuk para sepakbola Indonesia," jelas Danurwindo. 
 
Penuturan Filosofi Sepakbola Indonesia oleh Direktur Teknik PSSI Danurwindo dan pemaparan terkait kondisi medis pemain, dinilai bisa menjadi pedoman bagi insan sepak bola tanah air ke depannya. Filosofi ini juga diharapkan bisa disebarluaskan di seluruh pelosok tanah air dan diterapkan sejak usia dini, agar menjadi modal utama untuk membentuk tim nasional handal kelak.
 
Untuk membuka wawasan peserta sosialisasi secara menyeluruh, di hari yang sama juga didatangkan pihak Royal Sports Medicine Centre sebagai pihak yang bekerja sama dengan PSSI dalam memberikan solusi medis untuk tim nasional. Disertakan juga ahli gizi dari RS Bethesda Yogyakarta,  L. Endang Sri H. S.Gz RD untuk memberikan keterangan terkait dengan masalah kesehatan, yang juga berhubungan dengan kehidupan para atlet sepak bola di seluruh Indonesia.
 
Endang mengatakan olahraga sepakbola mengharuskan pemain untuk memiliki kondisi tubuh yang optimal. Ia juga menjelaskan bahwa perbaikan status gizi harus diperhatikan, dan jika gizi para pemain sudah bagus, tugasnya memelihara status gizi.
 
"Jika masuk hari pertandingan, ada baiknya para pemain memerhatikan makan. Karena jika salah saja memilih makan dan waktu yang tidak tepat, pemain bisa merasakan ketidaknyamanan saat bertanding," kata Endang disaat bersamaan. 
 
"Nasi, lauk dan buah bisa jadi menu pemain 3-4 jam sebelum pertandingan. 
 
Sedangkan 2-3 jam bisa makan makanan kecil, seperti roti crackers. Di hari pertandingan, pemain juga butuh asupan cairan tubuh yang baik, 2,3, atau 4 liter per hari sangat cukup untuk pemain. Selepas pertandingan, kita juga biasanya lupa menjaga makan. Minum cairan juga harus dijaga. Padahal akan sangat penting jika asupan tetap dijaga agar di hari pertandingan berikutnya kita tidak mulai dari nol lagi," jelasnya.

Berita terkait