PSSI Upayakan Penyelesaian Komprehensif

PSSI bergerak cepat dan mengupayakan penyelesaian secara komprehensif terkait insiden di Stadion Gelora Bandung Lautan Api, Bandung yang menyebabkan meninggalnya suporter Persija, Haringga Sirila. Federasi sepak bola tertinggi di Indonesia ini mempunyai langkah strategis yang akan ditempuh untuk menyelesaikan kejadian tersebut.

Hal ini diputuskan dalam rapat Komite Eksekutif PSSI yang dipimpin Ketua Umum Edy Rahmayadi di Hotel Borobudur, Selasa (25/9) malam. Pada rapat tersebut PSSI ingin kejadian ini tidak terulang lagi dan menjadi ranah Komite Disiplin (Komdis) PSSI untuk memutuskan persoalan tersebut.

"PSSI berusaha mengidentifikasi lebih jauh terkait kasus yang terjadi di Stadion GBLA. PSSI itu organisasi, jadi nanti Komdis akan menangani dan bersidang terkait kejadian ini. Kami (Exco) memberikan rekomendasi kepada mereka dan membentuk juga tim investigasi agar kami juga tahu fakta-fakta apa saja yang ada di tempat kejadian perkara," kata Edy Rahmayadi.

Edy juga meminta agar seluruh pihak mendukung dan mempercayai PSSI terkait penyelesaikan persoalan ini. Apalagi komitmen PSSI terkait penegakkan disiplin tidak pernah main-main.

"Kami menghentikan sementara kompetisi Liga 1 dalam pertandingan putaran kedua yang diikuti 18 klub sampai batas waktu ditentukan. Saya tak bisa menentukan waktu ini, sampai hal ini kami tahu pasti. Kenapa harus dilakukan tersebut? Ini adalah salah satu bentuk keprihatinan kami, rasa belasungkawa terhadap almarhum. Tenang dulu, baru berpikir jernih," tambahnya.

Edy juga ingin konsolidasi PSSI dengan PT Liga Indonesia Baru, dan klub, beserta fans. Dan akan membahas ini secara utuh dengan waktu secepatnya. Selain itu, PSSI akan berkoordinasi dengan pihak AFC dan FIFA, dan juga pihak terkait lainnya, seperti BOPI (Badan Olahraga Profesional) dan Kemenpora (Kementrian Pemuda dan Olahraga),

"Segera dari hasil ini semua kami akan buat SOP [standar operasional] yang lebih jelas dalam rangka meredam dan menghentikan kegiatan merugikan. Apalagi ini terus berulang dari 2005 sampai sekarang sudah terjadi banyak korban," jelasnya.